Metro sebagai kota Pendidikan, Mungkinkah?
Kalo
ditanya mungkin, sih mungkin-mungkin aja. Tapi bagaimana kota
terpenting kedua setelah Bandar Lampung di bumi sang bumi ruwa jurai ini
menata diri?
Analisis letak geografis
Kota metro terletak
jauh dari ibukota provinsi, sekitar 45 km dan memerlukan waktu kurang
lebih 1 jam jika naik kendaraan bermotor. Metro bukanlah jalur utama
transportasi seperti layaknya Gunungsugih atau Natar. Kota ini jauh
masuk dari Tegineneng dan hanya menjadi penghubung ke Sukadana, Lampung
Timur. Nah, sejak lintas timur Sumatra resmi dibuka, maka akses ke
Lampung Timur pun sudah gak lewat Metro lagi, tapi langsung dari
pelabuhan Bakauheni.
Dengan kondisi demikian, apa dampaknya?
Jadinya gak rame, enak buat belajar. Enak buat hidup di hari tua. Gitu
sih kata orang Metro. Secara geografis juga, letaknya benar-benar di
tengah, ”dikepung” oleh Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.
Alhasil, banyak penduduk sekitar Metro yang notabene secara
administratif tinggal di Lampung Tengah atau Lampung Timur, malah
menjadikan Metro sebagai tempat dengan fasilitas yang modern, untuk
sekolah, atau mencari nafkah.
Ambil contoh, kecamatan Pekalongan yang
secara administratif masuk ke Kabupaten Lampung Timur. Tapi letaknya
nempel Metro. Lha, ngapain saya harus ke Sukadana kalo di Metro
sekolahnya lebih bagus. Terus jika dibandingkan dengan Sukadana, ya jauh
lebih maju lah. Dulu kota ini pernah menjadi ibukota Lampung Tengah,
hingga akhirnya dimekarkan menjadi Kota Madya setingkat kabupaten.
Analisis Tata Kota
Metro
bukanlah kota yang ramai. Penduduknya saja hanya 52,000an jiwa denga
luas 6,2 ha. Terbagi menjadi 5 kecamatan dengan luas kecamatan yang
kecil-kecil. Jika Anda berjalan-jalan menyusuri kota ini, gak nyampek 3
jam Anda sudah bisa menjamah ke-5 kecamatan tersebut. Jalanan sepi,
lampu merah mana ada yang rame. Paling antre 10 meteran, udah ijo lagi.
Kompleks sekolah terpadat di sekitaran 15A, kompleks KAMPUS gitu kata
orang sono. Di jalan Kampus ini ada Universitas Muhammadiyah Metro, juga
ada STAIN Jurai Siwo, dan sekolah tinggi lainnya. Dikompleks itu juga
berdiri SMP 2 Metro, SMP 4, MAN 2, SMA Ganesa, dan sekolah swasta
lainnya. Pokoknya kalo jam pulang sekolah, nih jalan rame banget dengan
siswa/mahasiswa.
Kalo menurutku, tempat nyaman buat belajar ya di
Selikor (21). Jalannya lurus, banyak pohon-pohon. Asri gitu. Terus naik
angkot Pekalongan yang bagus-bagus dan anak muda banget.
Di jalan
utama ini, AH Nasution tepatnya berjejer rumah-rumah elite, tempat
praktek dokter, apotek, SMA N 1 Metro, yang kata orang The Best Senior
High School di sana, Yayasan Yos Sudaso (SMA/SMP), dan SMA Teladan
(jangan banyangin SMA 1 Jogja yang biasa di sebut SMA teladan juga, kalo
Teladannya di Metro ya gitu deh…..)
Untuk SMP 1, SMP 3, SD Teladan
(nah ini teladan beneran) terletak di pusat kota. Kalo denger pusat
kota, bayangin aja disini pusatnya pemerintahan, sebelahnya ada pasar
induk, Supermarket, lapangan Samber, Taman Merdeka, Masjid Taqwa, dan
BUNDERAN. Tapi denger-denger SMP 1 mau dipindah ke arah deketnya kantor
Pajak arah 16C sana, katanya sih sekolahnya udah sempit, perlu
perluasan. Juga biar kondusif gitu.
Tapi ada masalah, banyakan
sekolah-sekolah yang bagus itu gak merata tempatnya. Semua terpusat di
pusat kota. Kayak SMA 2 misalnya, letaknya masuk banget dari jalan raya,
SMA 4 apalgi nun jaug di 24 Tejosari sana. Jadi ya terjadi ketimpangan
gitu antarsekolah negeri. Oya, informasi aja, di sana sekolah yang bagus
ya yang negeri-negeri aja. Yang swasta belum banyak yang unjuk gigi.
Kalo ada pun yang lumayan bagus, tapi mahal. Kataku sih sekolah swasta
si sana inputnya kurang bagus aja kali ya, makanya agak kurang bisa
bersaing dengan negeri.
Analisis PEMDA-nya.
Bagus sih,
ada estafet kepemimpinan dari Mozes ke Lukman (wali kota sekarang).
Jadi visi menjadi Kota pendidikan digarap secara serius dan bukan
sekedar slogan semata. Sekita bulan Juli kemaren, walikota dan
jajarannya mengadakan MOU dengan UGM untuk berpartisipisi menuju Metro
sebagai kota pendidikan. Tujuannya sepertinya dikirimnya putra terbaik
kota untuk disekolahkan di kampus Bulaksumur ini.
Terus, tipe
kepemimpinan pak Lukman ini Pendidikan oriented bgt-lah. Mungkin
termotivasi oleh perjuangan beliau dulu ketika menuntut ilmu di UGM,
makanya anak-anaknya dimotivasi untuk maju dan menggapai pendidikan yang
terbaik. Beliau juga serius menggarap KOMPEL KOMET (Komunitas Mahasiswa
Pelajar Kota Metro), organisasinya anak-anak asal Metro yang lagi
kuliah di Jogja. Buktinya beliau antusias sekali dengan komunitas ini,
disambutnya langsung ketika mudik bareng, terus melantik langsung para
pengurusnya di Jogja, dan open hand lainnya.
Mungkin dengan Kompel komet ini sebagai wahana yang mendukung untuk mencapai visi kota.
Analisis tempat maen di Metro
Jangan
bayangin di sana ada Amplaz, Gramedia, pasar shoping, taman budaya,
JOGJA mediatrobik, pizza hut apa lagi McD. Gak ada, paling cuma Chandra
supermarket yang sekarang makin lebar aja. Ada bioskop sih di Chandra
tapi filmnya jadul-jadul dan gak update kayak di twenty one. Kalo
minimarket sebangsa Indomaret ma Alfamaret sih banyak. Paling tempat
yang lumayan keren dan baru kayak Bakery Holland, cafe bestrik, dan
stik-stikan apa itu di kampus yang dagingnya kecilnya minta ampun (belum
ada sekuku irengnya WS).
Terus kalo mau beli buku di mana donk? Yang
terkenal paling Achyar, tapi itu juga kecil bener. Model lawas kayak
blok-blok di kompleks pasar. Jadi inget, duluu mau nyari buku SPMB aja
harus dibela-belain ke Karang nyari di Gramedia. Dulu sempet ada sih
Gramed di 16 C, tapi gramed-gramed-an, abis itu gak ada kabarnya lagi.
Kalo
ada konser musik atau sekedar beli nasi goreng di sekitar sumur
bandung, pasti ketemu teman-teman sekolahnya. Lha wong kecil bener
kotanya, di mana-mana tempat ngumpulnya ya sama. Di taman, Samber atau
di 16 C. Uh, parah..parah..
Analisis warnet, pa game center ya?
Aku
kaget pas pulang lebaran kemaren, kok warnetnya jadi banyak gini. Dulu
padahal Cuma 1 di creative ma kantor pos sempat buka. Tapi sekarang
banyaknya minta ampun. Ada sih yang cepet, tapi banyak juga yang lemot.
Terus ada hot-spot juga di beberapa sekolah kayak di SMA 2 misalnya.
Tapi, gak ketinggalan juga game center-nya. Banyak juga. Malah kalo ada
warnet yang sekaligus bisa game on;ine pasti ramean game-nya. Isinya sih
anak-anak SMA, SD, ma SMA. Nah, katanya mau jadi kota pendidikan, kok
pada nge-game semua ini pak. Mana tau sendiri, kalo udah nge-game bisa
bikin kecanduan, lupa makan, aplagi inget belajar. Uh, jauh….
Mungkin
ada baiknya ada kebijakan tentang game online, jangan sampe pada
keblinger di sana. Jadi kesimpulannya, sampai saat ini Metro masih
menjadi acuan pilihan buat tempat sekolah, kalo buat kuliah masih
jauhlah. Terus, yang dateng ke kota ini hampir semua dri kabupaten sih.
Kebanyakn sih dari Lampung tengah dan Lampung Timur. Ada juga ding yang
dari TuBa dan way kanan. Abis orang tua lebih percaya dan aman
menitipkan anaknya di Metro yang gak ada apa-apa, jadi gak bisa
neko-neko. Beda ma Bandar Lampung yang udah kayak Jakarta aja disana.
Oke,
kalo ada yang berminat meyekolahkan saudara, sepupu, anak, cucu, Metro
merupakan pilihan yang tepat. Tenang, teratur, banyak orang Jawanya,
bersihnya minta ampun, gak ada mall, dan jangan nyari 21 di sana..
0 komentar:
Posting Komentar